Rehabilitasi Terumbu Karang Dengan Clarees (Clay Artificial Reef System)
- Detail
- Ditulis oleh Super User
- Kategori: Aktivitas
- Dilihat: 2870
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem penopang kehidupan berbagai biota laut seperti ikan, kerang, moluska dan berbagai biota lainnya. Terumbu karang memiliki berbaga iperanan yang sangat penting dalam lingkungan pesisir, baik ditinjau dari segi biologi dan ekologi. Namun keberadaanya saat ini rentan terhadap berbagai ancaman kerusakan baik oleh alam maupun oleh manusia. Untuk itu kegiatan pemulihan dan penyelamatan harus terus dilakukan baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengeluarkan status kondisi terumbu karang Indonesia pada tahun 2017 yaitu hanya hanya 6,39% saja yang dalam kondisi sangat baik. Sebaran kondisi tutupan terumbu karang Indonesia untuk wilayah bagian barat dengan kondisi sangat baik sekitar 8,97%; bagian tengah 4,91% dan bagian timur sebesar 4,05% (Lipi. 2017).
Salah satu pulau di Provinsi Banten yang memiliki kawasan terumbu karang adalah Pulau Tunda, yang terletak di sebelah utara Teluk Banten. Kawasan Pulau Tunda memiliki ekosistem pesisir yang cukup lengkap, seperti hutan mengrove, padang lamun, dan terumbu karang (Darus et al. 2015, DITJEN KP3K 2017). Oleh sebab itu, Pulau Tunda juga berpotensi untuk pengembangan ekowisata bahari (Umam 2019). Sayangnya, menurut penelitian Hermansyah et al. (2017) terumbu karang di Pulau Tunda berada dalam kondisi sedang hingga buruk. Hal tersebut karena terdapat berbagai ancaman antropogenik seperti aktivitas industry, transportasi laut, sedimentasi, dan sampah; serta penyakit karang (Darus 2019). Di sisi lain, terumbu karang di Kawasan tersebut merupakan sumber bagi distribusi larva karang menuju Samudera Hindia. Pada umumnya, terumbu mampu untuk pulih dari kerusakan, akan tetapi, jika gangguan lebih besar dari kemampuan terumbu untuk pulih, maka rehabilitasi aktif perlu dilakukan (Edwards dan Gomez 2008).
Salah satu masalah bagi pemulihan kondisi terumbu karang adalah banyaknya pecahan karang, seperti yang terdapat di Pulau Tunda (Hermansyah et al. 2017). Oleh sebab itu, diperlukan substrat yang stabil agar juwana karang dapat menempel dan penanaman bibit-bibit karang untuk mempercepat pemulihan (Edwards dan Gomez 2008). Melalui program rehabilitasi terumbu, substrat keras yang menjadi tempat penempelan karang dapat disiapkan. Selain itu, propagasi karang juga dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan dan kolonisasi karang. Oleh sebab itu, kegiatan rehabilitasi terumbu perlu dilaksanakan di lokasi tersebut.